Rabu, 29 Januari 2014

merajan



     TUGAS
SIVASIDDHANTA II
‘’FUNGSI PELINGIH DI MERAJAN’’
Dosen Pengampu: I KETUT PASEK GUNAWAN,S.Pd.H
IHDN DENPASAR

OLEH:
NAMA             :  PUTU KRIS JUNIARDI
NIM                  : 1O.1.1.1.1 3829
JURUSAN        : PENDIDIKAN AGAMA HINDU
PRODI              : PENDIDIKAN AGAMA HINDU
SEMESTER     : VII A

FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2014
I.  PENDAHULUAN

            Secara etimologi, sanggah artinya tempat untuk melakukan upacara pemujaan. Pemrajan berasal dari kata praja yang berarti masyarakat, keturunan, keluarga. kata praja ini mendapatkan awalan “pa” dan akhiran “an” sehingga kata itu mengacu pada tempat .jadi, sanggah pemerajan adalah tempat pemujaan keluarga(keturunan). sanggah pemerajaan adalah suatu istilah,yang dilihat dari konteks kata sesungguhnya tidak boleh dipisahkan.
            Namum sebutan tersebut di masyarakat sedikit dikacaukan. pengertian sanggah dan pemerajan dipisahkan, sanggah merupakan bahasa kasar sedangkan pemerajan adalah bahasa halus. padahal sesuai arti kata,sanggah pemerajan ini merupakan satu kesatuan kata. menurut lontar siwagama, sanggah yang memiliki oleh satu keluarga (satu keturunan) disebut kemulan atau mimitan.dalam perkembangan di bali, kemulan ini adakalanya di perluas menjadi sanggah pemerajan. Jadi, pokoknya adalah kamulan (mimitan) ditambah beberapa pelinggih lainnya sebagai pasimpangan (persinggahan, baik yang berfungsi sebagai pemujaan leluhur maupun sebagai pemujaan manifestasi Tuhan. Sehingga muncullah kemudian sanggah pamrajan gede, yang juga berkembang menjadi prathiwi, paibon dan panti. Sanggah pamrajan gede dibedakan seperti itu sesuai jumlah pendukung (pengempon), sehingga palinggih-palinggihnya juga mengalami penyesuaian.









2. PEMBAHASAN

            Dadia Pasek Gel-gel merupakan salah satu kelompok keturunan yang berkembang di Bali selain kelompok keturunan yang lainnya. Dalam perkembangannya di Bali semaenjak kedatangan Mpu Kuturan semua dari keturunan tersebut setiap keluarga memiliki sanggah kemulan dan berkembang ke tingkat yang lebih besar kelompok keturunan (kawitan) tersebut selayaknya memiliki Sanggah yang lebih besar/Pamerajan.
            Fungsi Sanggah atau Pamerajan berdasarkan keyakinan umat Hindu di Bali, Sanggah atau Pamerajan adalah berfungsi sebagai berikut:
1.      Sebagai tempat suci untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dan para Leluhur/Kawitan.
2.      Sebagai tempat berkumpul sanak keluarga dalam rangka mempererat tali persaudaraan di lingkup keluarga.
3.      Sebagai tempat kegiatan sosial/pendididkan yang berkaitan dengan agama (Soeka, 1993:16)
Beberapa pelinggih dalam Pemerajan Kawitan  Dalem Kramas yang terdapat di desa

1.      Kemulan
 Kemulan rong tiga : Sanghyang Trimurti, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Brahma – Wisnu – Siwa atau disingkat Bhatara Hyang Guru.












2.      Surya
Pelinggih Surya merupakan tempat lingga Stana Dewa Suya yang dikenal dengan gelar Siwa Raditya. Fungsi dari pelinggih ini adalah sebagai saksi agung dalam setaiap pelaksanaan upacara yang berlangsung di Sanggah Pamrajan.
Mantra yang digunakan adalah mantra yang sering digunakan pada saat melaksanakan persembahyangan kramaning Sembah yaitu sembah yang ke Dua: “Om Aditya sya paramjyotir, Rakta Teja namostute, Sweta pankaja madeastem, Bhaskara ya namah stute”


3.      Pelinggih Lebuh.
Pelinggih lebuh berfungsi sebagai tempat untuk memuja yang memiliki pekarangan yang ditempat tinggal dalam tataran niskala. Dewa yang dipuja di sini adalah Batara Kala yang diundang dan dipanggil dari perempatan Agung. Di Bali seriang disebut dengan “Sang Kita Kala Raja/Pangrurah yang berfungsi sebagai manifestasi Bhatara Kala, pengatur kehidupan dan waktu.



4.      Candi Gelung
Candi Gelung atau Candi Kurung ini adalah candi pemisah antara Madya Mandala dengan Uttama  Mandala. Juga berfungsi sebagai tempat keluar masuk krama pemedek dan dalam lingkup Niskala adalah tempat keluar masuknya Ida Bhatara jika ditangkilkan ke suatu tempat. Misalnya ke segara






5.      Gedong Pisempenan
Gedong pesimpenan ini berfungsi sebagai penyimpanan pratima-pratima dan arca-arca Ida Bhatara.






6.      Kawitan
 Berfungsi sebagai pemujaan terhadan leluhur (Ida Bhatara Dalam Kramas) yang merupakan pelestari pratisentana keturunan dalam karmas sehingga berkembang sampai kehidupan sekarang. Mantra untuk  pelinggih Bhatara Kawitan adalah “ Om brahma Wisnu Iswaram Dewam, Jiwatmanam Trilokanam, Sarwa Jhagat Pratistanam, Shuda Klesa Winasanam”




7.      Pesaren Sari
Pelinggih ini berfungsi sebagai tempat bersinggahnya atau melinggihkan Ida Bhatara pada waktu diadakan Bhakti Piodal di sanggah Merajan. Yaitu Ida Bhatara Trimurti. Mantranya sebagai berikut : “Ong Ang Brahma atma ya namah, Ong Ung Wisnu antaratma yenamah,Ong Mang Sri Prajapati yanamah swaha”.





8.      Majapahit
Pelinggih ini berfungsi sebagai persinggahan Bhatara Majapahit, pelinggih ini juga disebut dengan pelinggih Menjangan Saluang yang dipersonifikasikan sebagai Stana dari Mpu Kuturan. mengingat jasa-jasa beliau yang meng-ajegkan Hindu di Bali.






9.      Taksu
Pelinggih Taksu berfungsi sebagai stana dari kepercayaan umat hindu di Bali akan keberadaan kekuatan gaib yang bisa membantu dan memberikan restu dalam kehidupan manusia menjalankan swadharmanya masing-masing.
                                   







10.  Bale Gong dan Pesantian
Bale Gong dan Pesantian ini berfungsi untuk menempatkan Gong dan juga sebagai tempat untuk metabuh serta pelaksanaan ge-Gitaan yang mengiringi jalannya upacara.



11.  Pelinggih Kompyang ini adalah tempat untuk memuja leluhur dalam wujud Purusa dan Pradana. Tempat ini juga tempat untuk menaruh “sodaan”, persembahan berupa banten kepada leluhur yang telah menurunkan dan melanjutkan keturunan kita yaitu kakek, nenek, buyut yang telah meninggal dan mencapai tempat serta mencapai kualitas dewata.
Mantra untuk Kemulan adalah “ Ong Dewa Dewi Try dewanam, Tri Murti Tri Linggamanem, Brahma Wisnu maheswaram, Sarwa jagat jiwatmanam, Ong Guru rupam sadadnyanem, Guru pantaranam dewam, Guru nama japet sada, Nasti-nasti ddine-dine, Ong Gung Guru paduka bionamah swaha”.



12.  Apit Lawang
 Dua pelinggih di jeroan ini yang bisa dijumpai pertama kali saat memasuki jeroan adalah dua pelinggih yang terletak disebelah kiri dan kanan yang merupakan stana Dewa Kala dengan Bhiseka jaga-jaga yang bertugas sebagai penjaga di jeroan.
Mantra untuk pelinggih ini adalah sama dengan pengastawan lebuh yang di depan pintu gerbang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar